Pesamtik de Ecorick
Pengolahan Sampah Plastik dengan Ecobrick
Penggunaan bahan plastik semakin lama semakin meluas belakangan ini tidak terkecuali di lingkungan sekolah karena dianggap praktis, murah dan mudah didapatkan. Permasalahan yang paling sering muncul di sekolah adalah akan di kemanakan limbah plastik yang tidak mudah terurai secara alami ini. Di sisi lain, pemusnahan plastik dengan cara dibakar akan menimbulkan permasalaahan lain. Seperti pencemaran dari asap pembakaran yang menghasailkan zat dioksi yang dapat merugikan kesehatan warga sekolah dan tentunya juga sangat mengganggu kenyamanan belajar dilingkungan sekolah. Bahkan jika dilakukan pembakaran, sampah plastik bisa menghasilkan lelehan yang dapat berubah menjadi mikroplastik, yaitu bagian-bagian plastik yang lebih kecil (mikro). Mikroplastik inilah yang dapat berbahaya bagi makhluk hidup, baik manusia disini adalah warga sekolah khususnya, hewan yang berada dilingkungan sekolah maupun tumbuhan yang berada disekitar lingkungan sekolah. Jika mikroplastik ini sampai masuk ke dalam tubuh manusia maka bisa mengurangi kekebalan yang ada di dalam tubuh.
Di lingkungan sekolah, pengelolaan sampah plastik membutuhkan perhatian serius. Dengan sebagian besar penghuninya adalah siswa dan tidak menutup kemungkinan pengelolaan sampahnyapun belum bisa optimal. Konsumsi berlebih terhadap plastikpun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Semakin banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam tersebut. Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun. Akan memberikan akibat antara lain: tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah, racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing. PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan. Kantong plastik juga akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
Oleh karena itu, diperlukan solusi alternatif agar keberadaan sampah plastik dapat ditangani dengan baik. Alternatif penanganannya antara lain dengan 6 R, sebagai berikut: reuse (memanfaatkan ulang), recycle (mengolah kembali), reduce (mengurangi), replace (mengganti), refill (mengisi kembali), repair (memperbaiki) yaitu melakukan pemeliharaan atau perawatan agar tidak menambah produksi sampah.
Salah satu inovasi pengelolaan limbah plastik yang diterapkan di SMP Negeri 1 Baturetno dalam Gaya Hidup Berkelanjutan untuk Proyek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila (P5) di kelas 7 adalah mengatasi sampah plastik adalah dengan pembuatan ecobrick. Ecobrick sendiri berasal dari penggabungan dua kata, yaitu eco dan brick yang bila digabungkan menjadi ecobrick yang bermakna batu bata ramah lingkungan. Karena hasil pembuatannya bisa dijadikan sebagai pengganti batu bata yang biasanya digunakan sebagai material bangunan. Ecobrick adalah sebuah teknologi yang memberikan solusi alternatif untuk limbah padat (terutama limbah plastik) yang bisa dilakukan tanpa perlu mengeluarkan biaya dan inilah yang menjadi alasan SMP Negeri 1 Baturetno memilih membuat econbrick. Membuat ecobrick tidaklah sulit dilakukan untuk warga sekolah, cukup dengan sampah plastik, gunting, batang kayu sebagai pemadat dan media botol plastik bekas air mineral 500/600ml sebagai wadah. Contoh sampah plastik yang biasanya mudah ditemukan dan sering dihasilkan dari kantin maupun koperasi di lingkungan sekolah adalah kantong plastik, sedotan plastik, botol plastic bekas minuman kemasan, Styrofoam dari wadah mie instans dan plastic bekas snack jajanan anak-anak, Sedangkan benda yang tidak boleh digunakan adalah barang pecah belah, benda tajam, kertas, dan semua limbah yang dapat terurai secara alami.
Dengan mengembangkan ecobrick di sekolah, guru dapat membimbing para siswa melakukan inovasi melalui penelaahan tentang permasalahan sampah lingkungan di sekitarnya umumnya, khususnya dilingkungan sekolah. Dari ecobrick yang siswa buat dengan tingkat ketahanan yang sangat lama menjadikan ecobrick sebagai momentum yang hasilnya dapat dinikmati siswa setiap saat bahkan setelah mereka lulus sekalipun, hal ini tentunya dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang tanggung jawab mereka terhadap lingkungan khususnya pemanfaatan mengenai limbah plastik.